Renungan dalam Secangkir Kopi: Menemukan Kedamaian dan Makna Hidup
Renungan dalam Secangkir Kopi. Hari itu, setelah selesai bekerja selama beberapa jam, saya memutuskan untuk menyempatkan diri ke sebuah kafe kecil di sudut kota. Saya memesan segelas kopi dan duduk di meja kecil di sudut ruangan. Di sana, saya merasakan aroma kopi yang harum dalam suara kesunyian. Keheningan itu terasa sangat menenangkan setelah kebisingan jalanan yang kacau. Namun, Kebisingan itu diganti dengan desis kopi yang sedang dibuat oleh barista cafe tersebut.
Saat saya sedang menikmati kopi sembari membaca buku yang baru saya beli sebulan yang lalu, seorang pria tua datang dan duduk di meja saya. Dia terlihat seperti seorang seniman dengan janggut panjang dan kacamata tebal di wajahnya. Saya pun memutuskan untuk mengajaknya berbicara.
"Saya senang melihat Anda menikmati kopi di sini. Seperti yang dikatakan oleh Søren Kierkegaard, 'Hidup hanya bisa dimengerti secara mundur, tetapi harus dijalani ke depan'," ujar pria tua itu sambil tersenyum.
Saya terkejut mendengar kutipan itu dan bertanya, "Apa maksudnya?"
"Hidup adalah proses yang harus kita jalani, dan kita hanya bisa memahami maknanya setelah mengalaminya. Seperti menikmati secangkir kopi. Kita hanya bisa merasakan kebahagiaannya setelah mencicipinya. Kita tidak bisa memahami betapa nikmatnya secangkir kopi hanya dengan membaca tentangnya," jelasnya.
Saya merenung sejenak dan memikirkan kata-kata orang tua tersebut. Benar, hidup memang harus dijalani dan dirasakan, bukan hanya dibaca atau didengar. Dan menikmati secangkir kopi di tengah kesibukan sehari-hari memang bisa membawa ketenangan dan kedamaian, seperti yang dikatakan oleh Arthur Schopenhauer, "Kopi adalah solusi sederhana untuk banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh filosofi."
Setelah berbicara dengan pria tua itu, saya merasa lebih bijaksana dan merenungkan makna kehidupan. Saya menyadari bahwa menikmati kopi bukan hanya soal rasa dan aroma, tetapi juga soal menemukan kedamaian dan kedalaman makna di dalam hidup.
Setelah berbincang cukup lama dengan orang tua yang tadi, saya merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hidup saya. Saya merenungkan kutipannya tersebut dan berpikir tentang kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Saya pun mulai merenungkan makna dalam kopi dan bagaimana Tuhan terlibat di dalamnya.
Saat itu, saya melihat sebuah postingan di instagram tentang ayat dalam kitab suci, "Sesungguhnya, Allah maha baik dan mengasihi. Dan Dia menciptakan semua makhluk-Nya dengan segala keindahan dan nikmat yang ada di dalamnya" (Q.S. Al-A'raf 7:156). Ayat itu membuat saya menyadari betapa Tuhan yang menciptakan kopi dan memberikan kenikmatan bagi manusia untuk menikmatinya.
Kemudian karna tertarik dengan kutipan pria tua tersebut, saya mulai membaca sebuah tulisan dari seorang teolog, Karl Barth, yang menyatakan bahwa "Segala sesuatu yang diciptakan, terlepas dari kecil atau besar, mengandung makna dalam penciptaannya. Tuhan menciptakan kopi untuk memperlihatkan kebesaran dan keindahan-Nya kepada manusia".
Saya merenungkan semua itu dan menyadari bahwa Tuhan terlibat dalam setiap aspek kehidupan, termasuk kopi yang saya nikmati. Kehadiran-Nya melalui segelas kopi membawa ketenangan dan kedamaian dalam hidup saya.
Saat itu, saya memutuskan untuk merenungkan lebih dalam lagi tentang kehadiran Tuhan dalam hidup ini dan bagaimana kita bisa lebih dekat dengan-Nya. Saya pun menghabiskan sisa waktu di kafe dengan kembali membaca buku saya tadi. Saya merasa lebih tenang dan memahami setiap kalimat dari buku yang saya baca setelah itu.
Setelah keluar dari kafe, saya melihat awan yang indah di langit dan merenungkan salah satu kutipan dari Thomas Aquinas, "Semua yang diciptakan oleh Tuhan memiliki keindahan dan kesempurnaan-Nya sendiri. Dalam keindahan alam dan penciptaan-Nya, kita dapat melihat kebesaran dan cinta Tuhan yang tak terbatas".
Saya tersenyum dan merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah memperhatikan keindahan ciptaan-Nya di sekitar saya. Dan semua itu dimulai dari secangkir kopi yang saya nikmati di kafe kecil tadi. https://www.haris.eu.org/