Berhenti Berpura-pura dan Memulai Kehidupan yang Autentik
Berhenti Berpura-pura dan Memulai Kehidupan yang Autentik. Kamu mungkin pernah mendengar ungkapan “berpura-puralah sampai Kamu berhasil”. Itu sudah menjadi mantra yang tak terucapkan selama beberapa generasi, baik dalam lingkungan profesional maupun pribadi. Tetapi bagaimana jika saya memberi tahumu bahwa hampir semua orang, mulai dari CEO perusahaan besar hingga influencer dengan satu juta pengikut, dalam satu atau lain cara, berpura-pura? Menarik, bukan? Mari kita coba memahami mengapa kita semua berpura-pura dan apa konsekuensinya.
Mengapa Kita Semua Berpura-pura
Pressure Masyarakat
Pernahkah Kamu merasakan beban ekspektasi masyarakat? Tekanan untuk memiliki pekerjaan yang sempurna, hubungan yang sempurna, tubuh yang sempurna? Siapa yang belum?
Standar-standar ini ibarat jaket pengekang, yang membatasi setiap gerakan kita dan menentukan bagaimana kita seharusnya hidup, berpenampilan, dan merasa. Maka tidak mengherankan jika banyak dari kita, dalam upaya untuk menyesuaikan diri dengan gambaran yang telah terbentuk sebelumnya, mulai “memalsukan” aspek-aspek tertentu dalam kehidupan kita.
Ingat kapan terakhir kali Kamu tersenyum saat difoto ketika Kamu merasa sedih di dalam hati? Atau ketika Kamu memberi tahu seseorang bahwa semuanya “baik-baik saja” meskipun sebenarnya tidak? Temanku, Itu, adalah seni berpura-pura. Dan coba tebak? Kamu tidak sendiri.
Takut akan Kerentanan
Mengakui bahwa Kamu tidak mengetahui sesuatu, terutama ketika Kamu berpikir Kamu seharusnya mengetahui sesuatu, bisa jadi menakutkan. Pernahkah Kamu mendapati dirimu mengangguk-angguk saat rapat, berpura-pura memahami konsep yang sama sekali tidak Kamu pahami? Atau mungkin Kamu setuju dengan opini populer karena lebih mudah daripada mengakui bahwa Kamu belum membentuk opinimu sendiri.
Ketakutan ini berasal dari keengganan alami kita terhadap kerentanan. Kami percaya bahwa jika kami menunjukkan diri kami yang sebenarnya, kekurangan dan semuanya, orang akan menilai atau, lebih buruk lagi, menolak kami. Namun yang sering tidak kita sadari adalah bahwa kerentanan inilah yang bisa menjadi kekuatan kita. "Keaslian bersifat magnetis". Orang-orang berhubungan dengan kisah nyata, perjuangan nyata, dan emosi nyata.
Persepsi Kesuksesan
Di dunia yang didominasi oleh sorotan media sosial, definisi kesuksesan menjadi semakin menyesatkan. Tahukah Kamu bahwa banyak influencer, pada tahap awal kariernya, membeli pengikut atau suka, agar terlihat lebih populer daripada dirinya? Ini adalah kasus klasik untuk berpura-pura sampai mereka benar-benar berhasil. Dan jika mereka bisa berpura-pura menuju kesuksesan, apa yang menghentikan Kita?
Biaya Tersembunyi dari Berpura-pura
Tentu, ada sensasi tersendiri saat menampilkan fasad yang sempurna. Tapi berapa biayanya?
Kelelahan Emosional
Menjaga penampilan bisa menguras tenaga. Pernah mencoba mempertahankan kebohongan? Ini melelahkan. Hal yang sama berlaku untuk berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirimu. Seiring waktu, ketegangan mulai terlihat, menyebabkan kelelahan, kecemasan, atau depresi.
Hilangnya Identitas Diri
Jika Kamu selalu meniru kehidupan atau kesuksesan orang lain, kapan Kamu bisa menjalani kehidupan atau kesuksesanmu? Ada bahaya kehilangan pandangan tentang siapa dirimu sebenarnya di tengah semua kepura-puraan.
Peluang yang Terlewatkan
Bayangkan menghindari lokakarya karena Kamu tidak ingin orang lain tahu bahwa Kamu tidak ahli di bidang tertentu. Dengan berpura-pura, Kamu berpotensi kehilangan peluang untuk berkembang.
Jalan Maju yang Nyata
Mengapa tidak mengambil rute lain? Daripada berpura-pura, kenapa tidak membuatnya asli? Mulailah dengan:
- Menerima Kekurangan Kita: Tidak ada orang yang sempurna. Dengan menerima ketidaksempurnaan, Kamu membebaskan diri dari rantai ekspektasi masyarakat.
- Mencari Pertumbuhan Sejati: Daripada berpura-pura mengetahui sesuatu, investasikan waktu untuk benar-benar belajar dan berkembang di bidang tersebut.
- Bersikap Jujur: Tidak apa-apa untuk mengakui ketika Kamu tidak tahu atau ketika Kamu merasa rentan. Seringkali, Kita akan menemukan orang-orang yang suportif dan pengertian.
Singkatnya, meskipun dunia tampak seperti panggung di mana setiap orang melakukan suatu tindakan, ingatlah bahwa pertunjukan yang paling berkesan adalah pertunjukan yang datang dari hati. Jadi, mengapa berpura-pura ketika Kita bisa bersinar dalam cahaya asli Kita sendiri? Ingat, semua orang berpura-pura, tapi jiwa sejatilah yang benar-benar meninggalkan bekas. https://www.haris.eu.org/